Menyiasati Pernikahan yang Tidak Disetujui Orang Tua
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, وصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Pertanyaan : Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuhSaya lelaki berusia 26 tahun. saya berniat untuk menikahi pacar saya berumur lebih tua dari saya yaitu 28 tahun. namun terjadi kendala berasal dari ibu saya yang tak menyetujui niat baik saya itu. hal ini dikarenakan pacar saya yang berumur lebih tua, memiliki fisik kurang ideal (saya tinggi=181cm & dia pendek=158cm) dan dia berasal dari suku yang tidak disukai ibu saya. Alasan ini yg tidak bisa saya terima. Ibu saya juga merasa malu kepada saudara2 kalau tdk mendapat calon istri dari anak2nya yg sesuai. Sementara ini saya mengalah kepada ibu saya, karena ayah telah tiada dan tdk ingin menambah beban pikirannya. Tapi
saya coba bertahan untuk terus tetap menjalaninya. karena saya sangat ingin menikahi pacar saya itu karena niat saya ingin menolong dan kami sudah sangat saling mencintai. saya sedih mendengarnya padahal kedua orang tua dari pacar saya sudah setuju dengan niat kami. apa pacar saya tak layak mendapat cinta saya??setahu saya laki2 tak perlu menerima ijin dari o! rang tua dan rencana saya, jikapun orangtua saya tak menyetujui niat kami saya akan tetap melanjutkan niat saya itu tanpa restu ibu saya. namun pacar saya ragu karena pengalamn dari temannya dia juga menikah tak mendapat restu dari ibu mantan suaminya. hal itu berakibat pernikahan dia selalu diguncang masalah baik itu hasutan ibu mertuanya ataupun masalah yang memang menerpa mereka saat itu. saya sendiri bingung menghadapi situasi ini! mohon pencerahannya secara islam. apakah ada cara untuk melunakkan hati ibu saya??saya tak ingin menjadi durhaka kpd ibu saya dikarenakan ibu saya tidak menyetujui niat saya ini dan mungkin saya akan membenci ibu saya dan mulai melawannya. atau saya akan menikah tanpa persetujuan ibu saya tetapi saya tetap menjaga hub baik dengan ibu saya. saya akan meilih cara ini karena cara inilah yang paling bisa saya lakukan daripada melunakkan hati ibu saya yang keras. bukankah saya ini hanya titipan allah dan ibu saya bukanlah orang yang memiliki saya?! ?bukankah ketika lelaki yang sudah mapan dewasa dan sudah mamp! u bertan ggung jawab harus segera dinikahkan jika sudah ada calonnya agar tak berubah menjadi zina? saya mohon bantuan yang dapat menenangkan hati saya. terima kasih atas jawaban yang akan di berikan kepada saya.
assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Jawaban : Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Pada dasarnya yang hanya mampu membolak-balikkan hati adalah Allah. jadi ketika kita memiliki permintaan kenapa tidak memintanya kepada Allah. kita menyandarkan hasil akhir kepada Allah. dan salah satu usaha adalah meminta kepada Allah agar membalikkan hati yang keras.
Saran saya kepada anda tentang kasus yang anda hadapi adalah :
Pertama : jangan tampakkan rasa kecewa anda kepada ibu anda yang masih menolak niat baik anda. cobalah tampakkan kesabaran anda menghadapi ketidaksetujuan ini.
Kedua : teruslah mencoba untuk memberikan pengertian kepada ibu anda tentang pilihan anda bahwa istri tidak hanya dipandang dari tampilan dan luaran saja. tapi hati dan agama. sebagaimana yang disarankan Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- :
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
Artinya : "Wanita dinikahi karena 4 hal : karena hartanya, karena kedudukannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. pilihlah wanita karena agamanya maka kamu akan beruntung." (HR Bukhori)
Ketiga : sabar lebih baik dari pada buru-buru. seperti kaedah umum mengatakan "barang siapa yang terburu-buru akan sesuatu, maka dia diharamkan dari mendapatkannya." laki-laki memang tidak membutuhkan wali untuk menikah. tapi restu ibu sangatlah berarti bagi masa depan keluarga. karena kehidupan setelah pernikahan itu tidak sesingkat perkenalan sebelum menikah.
Keempat : jangan bosan berdoa agar Allah melancarkan niat baik anda.
Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan atas segala urusan kita.
0 komentar:
Posting Komentar